Sabtu, 23 Oktober 2021

Hot News - Kesenian Tradisional Kuda Lumping

Patokpicis, 23/10 (Fajar Abadi) Di tahun 2021, kami sekumpulan anak muda di Desa Patokpicis bersepakat untuk mendirikan sebuah Kelompok Kesenian Kuda Lumping dan kami beri nama "Setyo Bumbung Budoyo".

        Indonesia adalah Negara yang memiliki keanekaragaman suku, ras dan agama serta kebudayaan (multikultural). Keberagaman adat istiadat di Indonesia ini banyak yang berbentuk tari-tarian. Hingga saat ini banyak yang masih melestarikan adat istiadat di daerahnya masing-masing, namun banyak juga kebudayaan yang hilang dan diakui oleh negara lain karena tidak adanya generasi penerus bangsa yang mau melestarikan kebudayaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu perlu adanya kesadaran generasi muda untuk melestarikan warisan kebudayaan nenek moyang bangsa Indonesia. Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Jawa yang juga mempunyai keberagaman kesenian dan adat istiadat yang khas dari suku Jawa ini. Salah satu kesenian khas dari suku Jawa ini ialah “Kuda Lumping”.

Di Desa Patokpicis tak hanya eksis dalam dunia pertanian dan peternakan, namun Desa Patokpicis juga tetap sadar akan kesenian sebagai penunjang perkembangan masyarakat. Dalam hal berkesenian Desa Patokpicis memiliki satu dari banyak kesenian, salah satunya yaitu "Kuda Lumping". Kuda Lumping ini digawangi oleh para pemuda kreatif di Desa Patokpicis, adapun Kelompok Kesenian Kuda Lumping ini diberi nama "Setyo Bumbung Budoyo (SBB)".

         Kuda Lumping juga disebut Jaran Kepang, Jaranan atau Jathilan adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda yang kemudian dihias dengan cat dan diberi kain beraneka warna sehingga lebih menarik perhatian. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda saja, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping ada yang menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut yang sangat menyakitkan.

        Kesenian kuda lumping saat ini masih berhasil membuat para penontonnya tercengang dalam menyaksikan sebuah kebudayaan khas warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang berada di suku Jawa. Walaupun peninggalan budaya ini mulai bersaing ketat oleh masuknya kebudayaan asing yang mulai masuk ke tanah air, tetapi kesenian ini masih bisa memperlihatkan daya tarik tersendiri. Harus ada kesadaran di diri kita masyarakat indonesia untuk tetap melestarikan kebudayaan dan kesenian yang kita miliki agar tidak punah dan tidak mudah di ambil dan diakui oleh negara lain. Keunikan dari tari kuda lumping yang kita miliki adalah adanya unsur magis yang membuat si penarinya kesurupan hingga memakan beling kaca dan dipecut pun ia tidak merasakan sakit. Keunikan inilah yang harus dan semestinya kita lestarikan dan kita jaga. Sudah banyak tradisi, kesenian dan kebudayaan bangsa Indonesia yang diambil dan diakui oleh Negara lain salah satunya ialah Motif Batik Parang dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang di klaim dan diakui oleh Negara Malaysia, dan masih banyak lagi.

Negara lain saja tertarik kepada budaya kita dan mengakui sebagai miliknya, sedangkan kita yang memiliki kebudayaan sejak dahulu tidak mau melestarikannya. Kita seharusnya menjaga apa yang diturunkan dari nenek moyang kita karena itu akan menjadi ciri khas dari bangsa kita.

Budaya asing tersebut misalnya ialah bermain game di gadget, menyanyikan lagu yang berbahasa inggris, menari tarian modern atau yang kita sering sebut dengan modern dance. Khususnya bagi para perempuan yang sering melakukan budaya asing ini, yang mana seharusnya perempuan bisa menjadi pribadi yang ulet, telaten, pintar berbicara dan yang lainnya dan bukan hanya para perempuannya saja yang sebagian besar telah terkontaminasi oleh budaya asing bahkan lelaki pun juga ikut yang mana seharusnya lelaki ini pandai dan mempunyai kemauan yang amat besar jika disuruh belajar dan atau latihan tari tradisional, membuat alat musik khas dari bangsa Indonesia yang sudah multikultural atau sudah tersebar di daerah nya masing-masing.

Selain itu, yang menjadi penyebab kesenian tari tradisional kuda lumping ini masih tetap bertahan ialah masih adanya para pemuda yang setia melestarikan budaya kesenian dan juga tari tradisional kuda lumping ini sekarang masih banyak di lakukan pada saat-saat tertentu saja, misalnya saat acara hajatan di masyarakat, hari ulang tahun atau hari jadi kota / desa, dan lain sebagainya. Kita harusnya lebih bisa menjaga semua kebudayaan yang telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia ini yang merupakan warisan nenek moyang kita, agar kita tidak menyesal saat kebudayaan yang kita miliki  sudah di klaim atau diakui oleh negara lain seperti Malaysia.

Ada beberapa upaya untuk melestarikan Kebudayaan Kuda Lumping dapat dilakukan dalam 3 (Tiga) bentuk yaitu :

        1. Pengalaman Kebudayaan


Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan atau diarahkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan demikian setiap saat akan selalu dapat terjaga kelestarian budaya kita ini.

       2. Pendidikan Kebudayaan

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.

        3. Peran Aktif Pemerintah

Pemerintah bersama-sama Tokoh Masyarakat secara masif memberikan Motivasi sekaligus Sosialisasi agar semua orang mampu mengelola dan melestarikan keanekaragaman budaya daerah.

Selain dilestarikan dalam tiga bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara – negara lain. Penyakit masyarakat kita ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur. Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh karena itu, kita sendiri yang tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

Tks

Get more articles

Reporter        :  Fajar Abadi
Kameramen  :  Faizul Ahmad Khaqiqi
Editor            Fibra Yohano 
Penanggung Jawab : Patokpicis Bersinar.red


Bagi kawan-kawan yang ingin sharing, kritik, dan saran bisa menghubungi:


Telp          : 085 855 891 614 (Indosat)
Facebook : http://www.facebook.com/patokpicis.bersinar
Email        : Patokpicis@gmail.com